MERDEKA?!
Merdeka?!
Oleh: M. Aldiansyah Pratama
Merdeka! Itulah kata yang mewakili peringatan tahunan 17 Agustus yang sekarang telah sampai pada angka 76. Merdeka, yang dalam KBBI bermakna bebas/lepas (dari hambatan, penjajahan dan tuntutan atas sesuatu); berdiri sendiri.
Memperingati hari kemerdekaan di tengah pandemi, apakah masih layak kata merdeka dapat mewakili keadaan saat ini?
Untuk menjawab itu semua, sepertinya perlu adanya rekonstruksi terhadap pemaknaan kata merdeka, dimana kata merdeka sepertinya sudah tidak lagi sejalan dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Karena realita yang ada sekarang nyatanya kita masih di jajah oleh sistem peraturan yang sengaja dibuat oleh penguasa kita sendiri yang menjadikan pandemi virus corona sebagai benteng alasan mereka membuat aturan. Aktivitas kita sebagai rakyat sendiri di batasi dengan sedemikian ketatnya, tidak boleh melakukan ini dan itu, tidak boleh bekerja di luar rumah dan semacamnya tanpa mereka melihat keadaan di lapangan dari masing-masing rakyatnya, bahwa tidak semua rakyat bisa hanya mengandalkan kerja dari rumah, bahkan tak jarang dari mereka seperti para pedagang kaki lima, pedagang asongan dan lain semacamnya, yang hasil kerjanya hari ini adalah untuk yang akan di makan hari ini juga. Dan pemerintah tak bisa menjamin itu. Dan yang lebih miris di masa yang katanya darurat, yang mereka sebut dengan aturan PPKM beredar berita bahwa mereka malah memperbolehkan warga asing masuk ke dalam negeri layaknya tamu istimewa.
PPKM yang salah satu aturannya, jika rakyat pada umumnya tidak boleh mengadakan sebuah acara yang bisa menimbulkan kerumunan orang, namun untuk orang-orang tertentu dan yang berduit akan aman-aman saja, karena memang benar, Indonesia adalah negara hukum, tapi hukum di Indonesia dapat di beli dengan uang. Miris bukan?. Haaah benar-benar alangkah lucunya negeri ini?. Indonesia memang sebagian rakyatnya banyak yang berprofesi sebagai pelawak, tapi semoga negerinya pun tidak ikut melawak.
Pemerintah memang peduli terhadap rakyatnya agar tidak mati karena korban covid, tapi mereka lupa bahwa rakyatnya bisa mati karena korban kelaparan. Atau setidaknya stres akan aturan yang tak menentu entah sampai kapan berakhir. Pemerintah hanya pandai membuat suatu aturan super ketat untuk rakyatnya sendiri, tapi mereka tidak pandai menjamin kehidupan rakyatnya dari dampak aturan yang mereka buat sendiri. Jika di antara gejala covid adalah hilangnya indra penciuman dan perasa, maka pemerintah saat ini juga bisa dikatakan telah hilang indra perasanya terhadap nasib rakyat kecil yang mereka rasakan di masa pandemi seperti saat ini. Kebanyakan dari kita percaya bahwa Virus covid itu memanglah ada di tengah-tengah kita, namun nyatanya tidaklah semenakutkan seperti yang telah di besar-besarkan oleh berita, bahkan bisa dibilang bahwa aturan pemerintah lebih kejam dan nyeleneh dari pada virus itu sendiri.
Maka benarlah apa yang pernah dikatakan bapak proklamator kita, Ir. Soekarno: _” Perjuangku lebih mudah karena hanya mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri “._
Indonesia boleh merdeka dari kisah penjajahan di masa lalu, tapi tidaklah belum disebut merdeka dari kisah penjajahan sistem di masa sekarang.
Terakhir, Indonesia butuh kita, kita para pemuda, dan para milenial hebat. Karena hanya kita lah jaminan masa depan bangsa ini agar tetap baik-baik saja. Maka dari itu ayo bersama-sama kita bangkit dari kebiasaan buruk seperti bermalas-malasan, dan lain semacamnya yang dibungkus dengan kenyamanan-kenyamanan yang sifatnya hanya sementara dan minim kebermanfaatan. Karena jika tidak kita, kepada siapa lagi nasib Indonesia ditentukan?!
Ada ungkapan, _” Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan. Dan untuk memulai hal yang baru, mencoba sesuatu yang lain yang memang terkadang kita harus berani mempertaruhkan apa yang kita punya (keluar dari zona nyaman).”_Najwa Shihab.
Sekian, terimakasih.
Salam Intelektual!
Salam Dialektika!
#digahayuindonesia76
#indonesiasedangtidakbaik-baiksaja
#IndonesiaTangguhIndonesiaTumbuh