Update

Esensi Makna Wisuda Sarjana

Oleh Dr Abdul Wadud Nafis, LC., MEI

Dalam perjalanan hidup manusia, ada momen-momen yang tak sekadar menjadi peristiwa, tetapi menjadi penanda sejarah pribadi—dan wisuda adalah salah satunya. Di balik toga yang dikenakan dan senyum bahagia yang terlukis di wajah para sarjana, tersimpan kisah perjuangan panjang: malam-malam tanpa tidur, tumpukan tugas, air mata harapan, serta doa yang tak pernah putus.

Namun, wisuda bukan hanya tentang kelulusan. Ia lebih dari sekadar seremoni formal. Wisuda adalah titik temu antara masa lalu yang penuh usaha dan masa depan yang penuh kemungkinan. Ia adalah saat ketika ilmu bertemu tanggung jawab, dan gelar bertemu amanah.

Dalam makna yang lebih dalam, wisuda adalah panggilan—bukan untuk berhenti belajar, tetapi untuk mulai berkarya. Sebab sejatinya, menjadi sarjana bukan sekadar tahu, melainkan mampu memberi makna dan manfaat bagi sesama.

Esensi Makna Wisuda Sarjana dapat dilihat dari beberapa dimensi yang mendalam, tidak hanya sebagai seremoni kelulusan semata. Berikut beberapa esensi utamanya:

1. Simbol Pencapaian Ilmiah dan Ketekunan

Wisuda merupakan simbol keberhasilan menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi. Ini adalah hasil dari kerja keras, kedisiplinan, dan ketekunan dalam menempuh proses akademik yang panjang.

2. Awal dari Tanggung Jawab Baru

Wisuda bukan akhir, tetapi permulaan. Sarjana diharapkan menjadi insan yang mampu mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.

3. Pengakuan Akademik dan Moral

Gelar sarjana bukan hanya pengakuan akademik, tetapi juga moral: bahwa seseorang siap menjadi pribadi yang berpikir kritis, menjunjung etika, dan bertindak profesional.

4. Momentum Refleksi Diri dan Rencana Masa Depan

Wisuda adalah momen untuk merenung: apa yang sudah dicapai, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana menjalani masa depan dengan nilai-nilai luhur yang diperoleh selama kuliah.

5. Tanda Keberhasilan Kolaboratif

Keberhasilan seorang wisudawan bukan hanya miliknya sendiri, tetapi buah doa, bimbingan, dan dukungan dari keluarga, dosen, dan masyarakat.

Wisuda bukanlah garis akhir, melainkan garis start menuju medan pengabdian yang sesungguhnya. Ilmu telah diraih, kini saatnya menyalakan cahaya bagi sekitar. Jadilah sarjana yang tak hanya pintar berpikir, tetapi juga bijak bertindak dan tulus memberi. Selamat melangkah ke dunia nyata—dengan kepala tegak, hati yang lurus, dan niat yang mulia.

Daftar Pustaka

1. Darmaningtyas. (2004). Pendidikan yang Memiskinkan. Yogyakarta: Galangpress.

2. Freire, Paulo. (2002). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.

3. Jalal, Fasli & Dedi Supriadi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

4. Tilaar, H.A.R. (2000). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Strategis Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Abad 21. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

5. Zuhairini, dkk. (1993). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

7. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2021). Kebijakan Merdeka Belajar: Arah Baru Pendidikan Tinggi di Indonesia.

8. Kompas.com. (2022). “Makna Wisuda dan Harapan untuk Lulusan Perguruan Tinggi.” Diakses dari: https://www.kompas.com/edu

9. Harian Republika. (2021). “Wisuda Bukan Akhir Perjalanan.” Diakses dari: https://www.republika.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *