Update

Ilmu Cahaya Ketakwaan dalam Kehidupan

Oleh Dr Abdul Wadud Nafis, LC., MEI

Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan manusia. Tanpa ilmu, manusia akan berjalan dalam kegelapan, kehilangan arah, dan mudah terjerumus dalam kebodohan. Bagi seorang mukmin, ilmu bukan sekadar alat untuk memahami dunia, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan ilmu, seseorang dapat meningkatkan keimanan, memperbaiki amal, dan membangun peradaban yang beradab. Rasulullah ﷺ bahkan menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Oleh karena itu, kehidupan manusia yang bertakwa tidak dapat dipisahkan dari ilmu, karena ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kedudukan ilmu dalam kehidupan manusia yang bertakwa sangatlah penting dan menjadi dasar bagi segala aspek kehidupan. Ilmu dalam Islam bukan hanya sekadar alat untuk memahami dunia, tetapi juga sebagai jalan menuju ketakwaan yang lebih dalam kepada Allah SWT. Berikut beberapa kedudukan ilmu dalam kehidupan manusia yang bertakwa:

1. Sumber Petunjuk Hidup

Ilmu menjadi cahaya yang membimbing manusia untuk memahami hakikat kehidupan, tujuan penciptaan, serta bagaimana menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Allah. Allah SWT berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

2. Peningkatan Keimanan dan Ketakwaan

Dengan ilmu, seseorang dapat memahami ayat-ayat Allah baik yang tertulis (Alquran) maupun yang terbentang di alam semesta. Semakin dalam ilmu seseorang, semakin tinggi pula potensinya untuk bertakwa karena ia menyadari kebesaran Allah.

3. Saraya untuk Beramal Saleh

Amal saleh yang diterima oleh Allah bukan hanya yang dilakukan dengan niat yang baik, tetapi juga harus sesuai dengan ilmu. Tanpa ilmu, seseorang bisa terjebak dalam perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

4. Pembangun Peradaban yang Beradab

Sejarah menunjukkan bahwa umat Islam pernah mencapai kejayaan melalui ilmu. Ilmuwan Muslim seperi Al-Farabi, Al-Khawarizmi, dan Ibnu Sina adalah contoh bagaimana ilmu dapat membangun peradaban yang unggul dan tetap berlandaskan ketakwaan.

5. Menjaga Diri dari Kebodohan dan Kesalahan

Orang yang berilmu akan lebih bijaksana dalam bertindak, berbicara, dan membuat keputusan. Kebodohan sering kali menjadi penyebab manusia jatuh dalam kesalahan dan kemaksiatan.

6. Menjadi Umat yang Mulia

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Ilmu adalah sarana untuk meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, karena ilmu membimbing seseorang dalam menjalani kehidupan yang benar.

7. Meningkatkan Kualitas Ibadah

Ibadah yang benar harus didasarkan pada ilmu. Misalnya, salat yang sah harus memahami syarat, rukun, dan sunnahnya. Ilmu menjadikan ibadah lebih sempurna dan diterima oleh Allah.

Kesimpulan

Ilmu dalam kehidupan manusia yang bertakwa bukan hanya sekadar alat untuk mencari nafkah, tetapi juga merupakan sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Seorang Muslim yang bertakwa harus terus menuntut ilmu agar dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Islam dan memberikan manfaat bagi sesama.

Ilmu adalah cahaya yang membimbing manusia menuju ketakwaan dan kebahagiaan sejati. Tanpa ilmu, kehidupan akan diliputi kebingungan dan kesalahan. Sebaliknya, dengan ilmu, seorang mukmin dapat memahami hakikat hidup, beramal dengan benar, dan semakin dekat dengan Allah SWT. Oleh karena itu, menuntut ilmu bukan hanya kewajiban, tetapi juga kunci untuk meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. Semoga kita termasuk golongan yang selalu berusaha mencari ilmu dan mengamalkannya dengan penuh keikhlasan.

Daftar Pustaka

1. Al-Ghazali. (2002). Ihya’ Ulumuddin (Jilid 1-4). Beirut: Darul Fikr.

2. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Kementerian Agama RI).

3. Al-Syaibani, O. M. (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

4. Az-Zarnuji. (2003). Ta’limul Muta’allim: Metode Belajar dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani.

5. Ibn Khaldun. (2011). Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

6. Muslim, Imam. (2009). Shahih Muslim. Riyadh: Darussalam.

7. Qardhawi, Yusuf. (1991). Islam: Peradaban Masa Depan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

8. Syed Naquib al-Attas, M. (1993). Islam and Secularism. Kuala Lumpur: ISTAC.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *