Update

Dari Nakal Menjadi Saleh: Strategi Islami Mendidik Anak dengan Cinta dan Ibadah

Oleh Dr Abdul Wadud Nafis, LC., MEI

Setiap anak lahir bagaikan kertas putih yang bersih, dan orang tualah yang menentukan coraknya. Ketika anak menunjukkan perilaku “nakal”, sesungguhnya ia sedang meminta bimbingan, bukan hukuman. Di sinilah peran orang tua begitu penting, bukan sekadar mengoreksi, tetapi membentuk jiwa. Pendidikan agama, pembiasaan ibadah, dan penanaman akhlak mulia adalah tiga pilar utama yang mampu mengubah kenakalan menjadi kesalehan, dan kelabilan menjadi kekuatan karakter. Dengan cinta, doa, dan keteladanan, anak yang keras sekalipun bisa tumbuh menjadi pribadi yang lembut hati, taat ibadah, dan berakhlakul karimah.

Berikut penjelasan lengkap strategi mendidik anak nakal, yang dipadukan secara utuh dengan pendidikan agama, pembiasaan ibadah, dan pembentukan akhlakul karimah (akhlak yang mulia):

1. Kenali Penyebab Kenakalan Anak

Sebelum mendidik, pahami dulu akar kenakalan anak. Bisa karena faktor lingkungan, kurang perhatian, ingin menunjukkan eksistensi, atau meniru perilaku negatif orang dewasa. Dalam Islam, anak adalah amanah, dan tugas orang tua adalah mencari tahu kebutuhan batinnya.

2. Bangun Komunikasi Penuh Cinta

Ajarkan anak berbicara sopan dan terbuka. Dengarkan mereka tanpa menghakimi. Dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW pun berinteraksi lembut dengan anak-anak, bahkan saat mereka bersalah.

3. Tanamkan Pendidikan Agama Sejak Dini

Agama adalah fondasi moral. Anak yang paham nilai agama akan memiliki benteng diri dari dalam.

Ajarkan tauhid, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Kenalkan nilai halal-haram, pahala-dosa secara lembut.

Libatkan anak dalam diskusi keagamaan sederhana, seperti “mengapa kita salat?” atau “apa arti jujur?”

4. Biasakan Ibadah Sehari-hari

Ibadah membentuk kedisiplinan, menenangkan jiwa, dan mendekatkan anak pada Allah.

Ajak salat berjamaah, terutama subuh dan maghrib.

Bimbing membaca doa harian dan Alquran.

Tumbuhkan rasa senang beribadah, bukan karena takut, tapi karena cinta kepada Allah.

5. Bentuk Akhlakul Karimah dengan Teladan

Akhlak adalah cerminan keimanan. Anak belajar dari apa yang ia lihat. Maka:

Tunjukkan akhlak baik seperti sabar, jujur, rendah hati, dan suka menolong.

Gunakan kisah Nabi Muhammad SAW sebagai teladan: bagaimana beliau bersikap terhadap anak-anak, orang tua, dan orang yang berbeda pendapat.

6. Terapkan Disiplin dengan Konsistensi dan Kasih

Disiplin bukan berarti keras. Dalam Islam, mendidik adalah tugas penuh rahmat.

Buat aturan jelas dan konsekuensi yang mendidik, bukan menyakiti.

Beri pengertian bahwa kebaikan mendapat pahala dan keburukan ada akibatnya.

7. Hargai dan Dukung Perilaku Positif

Berikan pujian saat anak menunjukkan sikap baik. Dalam Islam, memberi kabar gembira lebih dianjurkan daripada menakuti.

Contoh: “MasyaAllah, kamu sudah salat tepat waktu. Allah pasti sayang.”

8. Jauhkan dari Lingkungan Negatif dan Dekatkan ke Lingkungan Islami

Batasi pergaulan atau tontonan yang tidak mendidik.

Ajak anak aktif di masjid, pengajian anak, atau komunitas Islami.

9. Jadikan Rumah sebagai Madrasah dan Tempat Cinta

Rumah seharusnya menjadi tempat anak merasa aman, dihargai, dan dibimbing. Suasana religius dalam rumah sangat berpengaruh:

Sering berdzikir, membaca Alquran bersama.

Gunakan kalimat-kalimat Islami: “bismillah”, “alhamdulillah”, “insyaAllah”, dan lainnya.

Hadirkan cinta dan doa dalam setiap kegiatan.

10. Doakan Anak dan Mohon Pertolongan Allah

Terakhir dan paling penting: libatkan Allah dalam proses pendidikan. Banyak orang tua berhasil mendidik anak nakal menjadi anak saleh melalui doa, kesabaran, dan keteladanan.

Penutup:

Mendidik anak nakal bukan tentang menghukum, tetapi membimbing dengan cinta, kesabaran, dan nilai-nilai agama. Dengan menjadikan rumah sebagai madrasah, ibadah sebagai kebiasaan, dan akhlak mulia sebagai teladan, insyaAllah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang saleh, cerdas, dan penuh kasih. Karena sejatinya, di balik kenakalan seorang anak, tersimpan potensi besar yang menanti untuk dibentuk dengan hikmah dan kasih sayang.

Daftar Pustaka:

1. Al-Ghazali. Ihya’ Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr, 2005.

2. Abdullah Nashih Ulwan. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Gema Insani, 2001.

3. Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

4. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1999.

5. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Tarbiyatul Aulad fi al-Islam. Kairo: Dar al-Ma’arif, 1992.

6. Elly Risman. Anak Kita Bukan Milik Kita. Jakarta: Buah Hati, 2015.

7. Ainur Rofiq al-Amin. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Malang: UIN Maliki Press, 2016.

8. Mochamad Sirozi. Mendidik Anak dengan Cinta dan Keteladanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *