Update

Peran Strategis Diskusi Periodik dalam Mewujudkan Dosen Kritis dan Produktif

Oleh Dr Abdul Wadud Nafis, LC., MEI

Dalam dunia akademik yang terus berkembang, dosen dituntut tidak hanya mengajar, tetapi juga berpikir kritis dan produktif dalam menghasilkan ilmu. Salah satu cara strategis untuk membangun kapasitas tersebut adalah melalui diskusi periodik. Melalui forum ini, pemikiran diuji, ide diperbarui, dan jejaring akademik diperkuat. Diskusi bukan sekadar rutinitas, melainkan sarana transformasi intelektual yang esensial bagi dosen sebagai agen perubahan.

A. Peran Diskusi Periodik

1. Sarana pengasahan kemampuan berpikir kritis
Digunakan untuk melatih dosen dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mempertanyakan informasi secara logis dan ilmiah.

2. Media pengembangan kreativitas dan inovasi ilmiah
Dimanfaatkan untuk menggali ide-ide baru, pendekatan riset alternatif, dan isu-isu aktual yang mendorong produktivitas akademik.

3. Wadah pembentukan budaya kolaboratif akademik
Diperankan sebagai penghubung komunikasi dan kerja sama antar dosen lintas disiplin keilmuan.

4. Instrumen pembentukan etika akademik
Berfungsi sebagai tempat penumbuhan sikap saling menghormati, keterbukaan terhadap kritik, dan kejujuran intelektual.

B. Fungsi Diskusi Periodik

1. Sebagai alat refleksi diri akademik
Dimanfaatkan untuk menguji gagasan, pemikiran, atau hasil penelitian melalui masukan dari sejawat.

2. Sebagai sarana peningkatan mutu Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dalam bidang pendidikan: berperan memperkaya bahan ajar dan pendekatan pembelajaran.

Dalam bidang penelitian: digunakan untuk memperoleh masukan terhadap proposal dan hasil riset.

Dalam bidang pengabdian masyarakat: dimanfaatkan untuk menjaring ide kontekstual dan aplikatif.

3. Sebagai pemacu daya saing ilmiah dosen
Digunakan untuk mendorong dosen tetap aktif membaca, menulis, dan meneliti agar tidak tertinggal secara keilmuan.

4. Sebagai penguat identitas akademik
Dimanfaatkan untuk membangun reputasi keilmuan dan spesialisasi melalui kontribusi dalam diskusi ilmiah.

Penutup

Diskusi periodik bukan sekadar forum tukar pikiran, melainkan fondasi pembentukan dosen yang kritis, produktif, dan relevan dengan zamannya. Melalui budaya diskusi yang konsisten, kampus akan melahirkan barisan intelektual yang tidak hanya cerdas, tetapi juga visioner dan berdampak.Daftar Pustaka

1. Djojonegoro, W. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

2. Kemendikbud. (2020). Panduan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

3. Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

4. Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

5. Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

6. Zubair, A. (2015). Menjadi Dosen Profesional: Strategi Sukses dalam Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *