Update

Reuni: Merajut Silaturahmi, Menuai Berkah

Oleh Dr Abdul Wadud Nafis, LC., MEI

Reuni bukan sekadar temu kangen. Ia adalah perjalanan hati yang menembus ruang dan waktu, menghubungkan masa lalu yang penuh kenangan dengan masa kini yang penuh makna. Dalam budaya kita, reuni memperkuat jalinan sosial dan rasa kebersamaan. Dalam ajaran Islam, reuni adalah wujud silaturahmi—sebuah amal mulia yang membuka pintu rezeki dan memanjangkan umur. Maka, reuni bukan hanya peristiwa sosial, tapi juga spiritual; bukan hanya nostalgia, tapi juga ladang pahala.

1. Perspektif Budaya: Reuni adalah pertemuan kembali antarindividu yang pernah memiliki ikatan, seperti teman sekolah, teman seperjuangan, atau rekan kerja. Dalam budaya Indonesia, reuni merupakan tradisi sosial yang memperkuat nilai-nilai kekeluargaan, silaturahmi, dan nostalgia terhadap masa lalu. Budaya gotong royong, saling menghormati, dan menjaga hubungan baik tercermin kuat dalam kegiatan reuni. Reuni juga dapat menjadi ajang untuk saling berbagi informasi, dukungan emosional, bahkan kerja sama sosial dan ekonomi.

2. Perspektif Islam: Dalam Islam, konsep reuni erat kaitannya dengan silaturahmi (صلة الرحم) yang sangat dianjurkan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

> “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Reuni dalam konteks ini menjadi bentuk nyata dari silaturahmi. Ia tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan, menebar kasih sayang, dan memperbaharui niat baik antar sesama.

Namun, Islam juga mengingatkan agar dalam pelaksanaan reuni tetap menjaga adab dan etika. Tidak boleh bercampur baur secara bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, tidak memamerkan kekayaan atau status, serta tidak menimbulkan riya atau kebanggaan berlebih. Niatnya harus lurus karena Allah, untuk mempererat ukhuwah, bukan sekadar nostalgia duniawi.

Kesimpulan: Reuni, bila dipahami dan dilaksanakan dengan benar, adalah sebuah amal sosial yang sesuai dengan nilai budaya luhur bangsa Indonesia dan ajaran Islam. Ia menjadi sarana memperkuat persaudaraan (ukhuwah), menghidupkan kenangan baik, serta menumbuhkan kerja sama untuk kemaslahatan bersama.

Penutup:

Reuni adalah anugerah—membuka kembali lembaran kisah, mempererat persaudaraan, dan meneguhkan langkah menuju masa depan. Dalam budaya, ia memperkuat ikatan sosial; dalam Islam, ia menjadi ladang kebaikan. Semoga reuni ini bukan akhir dari pertemuan, melainkan awal dari silaturahmi yang terus hidup dan tumbuh dalam keberkahan.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an al-Karim

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir, 2001.

Al-Muslim, Imam. Shahih Muslim. Riyadh: Darussalam, 2005.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2019.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 2009.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Quraish Shihab, M. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996.

Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *