Bebas Berdisiplin dan Disiplin Bebas
Setiap orang bebas atas pilihannya untuk memilih apa pun dan untuk melakukan apapun. Akan tetapi kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang tidak boleh mengganggu kebebasan yang dimiliki oleh orang lain.
Suasana sore hari itu tampaknya hujan akan menyapa bumi kembali. Sarkadi, sarkamon, dan sartono asyik menikmati cuaca yang mendung di depan teras rumah kontrakan mereka. Perbincangan ngalor-ngidul membuat mereka tenteram. Entah mengapa, mereka bertiga suka sekali kalau kumpul bersama. Walaupun ada pro-kontra, itu adalah hal yang biasa. Mereka lebih suka adanya sesuatu yang dinamis. Itu adalah pelatihan non-formal bagaimana menerima pandangan orang lain terhadap sesuatu.
“Kenapa di pondok dulu selalu menekankan kedisiplinan, di?”. Sarkamon memulai perbincangan serius. Entah darimana dia bisa mengatakan seperti itu. Mungkin ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirinya.
“Ya kalau tidak disiplin, kita hidup dengan sesuatu yang tidak teratur, mon,” jawab Sarkadi sembari melihat mega merah yang cahayanya seperti ucapan selamat perpisahan sang kekasih ketika dia ingin melakukan sebuah perjalanan.
“Mungkin kalau disiplin tidak diterapkan, sistem pembelajaran dan pendidikan di pondok tidak akan terlaksana dengan baik, mon,” Sartono nyeletuk. Dia juga tertarik dengan pembahasan yang disajikan pada sore itu.
“Tapi mengapa, disiplin menjadi sebuah alat pengekangan, ya? Kita ini manusia yang semenjak dilahirkan ke muka bumi memiliki sebuah kebebasan yang orang lain tidak dapat mengganggunya,” kata Sarkamon. “Dan, karena sebuah kedisiplinan ini, banyak para santri yang berkata bahwa pondok adalah sebuah penjara yang suci.” Sarkamon menambah perkataannya.
“Begini ya, mon. Disiplin itu merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai ataupun peraturan-peraturan yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya,” jawab Sartono yang masih tetap fokus pada kebenaran jarak sebuah matahari yang katanya menurut komunitas Flat Earth Society, matahari itu tidak tenggelam tapi itu adalah sebuah efek perspektif manusia. “Disiplin adalah sesuatu hal yang wajib ditaati oleh seseorang yang berkecimpung dalam wadah yang memiliki nilai kediplinan itu.”
“Ane nggak setuju kalau gara-gara sebuah disiplin, pondok dianalogikan sebagai penjara suci. Beda sekali. Pondok adalah tempat orang yang ikhlas menuntut Ilmu. Sedangkan penjara adalah tempat untuk menghukum sesuatu yang salah. Dari sini, pondok bukanlah penjara. Titik!” Sarkadi berkata dengan raut wajah agak mangkel. Dia memang tidak pernah setuju atas penganalogian pondok sebagai penjara.
“Oke, oke. Aku paham. Yang menjadi masalah, mengapa disiplin digunakan sebagai pengekangan? Bukankah disiplin itu merupakan sebuah proses menuju ke arah yang lebih baik?” kata Sarkamon sambil menyulut sebatang kayu yang ingin dijadikannya api unggun untuk membakar sampah-sampah yang bertransformasi menjadi gunung.
“Oh… jadi menurut anda, disiplin itu adalah tolak belakang dari kebebasan ya, mon?” Sartono mulai paham. Sedangkan Sarkadi masih agak mangkel dengan pernyataan tadi.
“Nah.. kuwi, No..kuwi maksudku…” kata Sarkamon sembari tangannya menunjuk bagian depan mulut Sartono.
“Tunggu sebentar ya, mon.. saya barusan googling tentang disiplin. Menurut Blaine, disiplin adalah kontrol diri atas kemauan dan keinginan dasar yang lebih. Disiplin pada dasarnya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan hidup seseorang akan menjadi lebih teratur dan sistematis sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat,” kata Sartono dengan melihat-lihat handphonenya.
“Oh… ngoten nggeh, No,” Sarkamon mengangguk-anggukkan kepala.
“Iya, mon.. jadi disiplin bukanlah sebuah sistem untuk mengekang agar seorang manusia tidak dapat bebas. Akan tetapi, disiplin adalah sebuah kontrol diri,” jelas Sartono.
Dalam sebuah disiplin, biasanya ini dikaitkan dalam sistem pendidikan di pesantren. Banyak pondok pesantren yang menggunakan disiplin model regimenter. Model disiplin semacam ini memang kurang memberikan kesempatan kepada para santri untuk memahami filosofi dan tujuan di balik mengapa mereka harus mentaati dan menjalani segala peraturan.
Karena sistem disiplin regimenter, banyak santri yang menjalankan segala disiplin dengan rasa takut, bukan karena dorongan kesadaran. Model disiplin ini bertolak belakang dengan sistem pendidikan modern yang liberal dan mengagungkan kebebasan.
Di berbagai Negara barat yang pendidikannya maju, perkembangan malah tampak pada kerangka kebebasan-kebebasan bagi para peserta didik untuk tumbuh sesuai dengan pertumbuhan diri, mental, emosi, dan jiwanya. Model pendidikan ini merupakan model pendidikan yang berhasil, yang sebenarnya merupakan tonggak dasar pendidikan dalam islam.
Dalam islam, persoalan kedisiplinan dan kebebasan adalah dua hal yang saling berkaitan. Tidak akan pernah ada disiplin jika tiada kebebasan. Sebab, kedisiplinan hanya untuk orang-orang yang merdeka alias bebas. Setiap orang bebas atas pilihannya untuk memilih apa pun dan untuk melakukan apa pun. Akan tetapi, kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang tidak boleh mengganggu kebebasan yang dimiliki oleh orang lain. Karena itu, kebebasan seseorang akan terbatasi oleh kebebasan orang lain.
Disiplin bukanlah sebuah pengekangan untuk kebebasan manusia. Hal inilah yang semestinya disadari oleh setiap orang sehingga disiplin kemudian dipahami sebagi suatu kebutuhan yang niscaya dan alami untuk setiap orang.
Penulis: Itsbaatunnazzri Ahmad (Warga ’16)