GELAR TADARUS ILMIAH, UKPK KUPAS TUNTAS PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA
GELAR TADARUS ILMIAH, UKPK KUPAS TUNTAS PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA
UKPK News- Tidak diragukan lagi kegetolan Unit Kegiatan Pengembangan Keilmuan (UKPK) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergelut di bidang keilmuan, kembali melanjutkan tadarus ilmiah yang ke-empat, dengan tema “Pemikiran Islam Inklusif dan Eksklusif serta Pluralitas Agama Di Indonesia” pada Minggu (17/04) secara virtual melalui aplikasi zoom meeting.
Dr. Abdul Wadud Nafis, Lc., M. E. I., sebagai narasumber tunggal dalam tadarus ilmiah yang ke-empat, menjelaskan bahwa pemikiran islam inklusif ialah sebuah pemikiran yang terbuka. Maksudnya ialah semua tafsiran-tafsiran yang ada bukanlah sebuah kebenaran semata, melainkan pemikiran tersebut dapat diterima dengan baik dan dikaji kembali.
“Pada realitanya pemikiran Islam inklusif ini lebih banyak didiskusikan, sehingga melibatkan pemikiran orang lain dalam setiap pembahasannya. Melalui diskusi tersebut dapat dijadikan sebagai ajakan bagi orang lain,” paparnya.
Gus Wadud (sapaan akrabnya) juga menjelaskan pemikiran Islam inklusif ini berdasarkan kepada nilai-nilai dasar Islam bukan kepada simbol-simbol belaka. “Pada realitannya keadilan ini bukan dilihat dari siapa yang melaksanakan, tetapi bagaimana keadilan itu dapat terlaksana. Tidak dilihat dari simbol-simbol belaka saja,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Manarul Qur’an, Lumajang.
Selanjutnya Gus Wadud juga memaparkan definisi dari pemikiran islam eksklusif itu sendiri. Pemikiran Islam eksklusif yakni sebuah pandangan yang menganggap bahwa dirinya (Islam) yang paling benar, sedangkan agama atau golongan lain dianggap sebagai aliran sesat. Dasar pemikiran Islam eksklusif berbasis penafsiran literal, yang mana bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
“Pada zaman Nabi Muhammad SAW masih tidak ada wayang. Ada sebagian golongan yang mengatakan bid’ah, karena tidak terdapat di hadits Rasulullah. Pemikiran inilah sangat literal sekali dalam memahami agama itu,” pungkasnya.
Di akhir penyampaian materinya, Gus Wadud juga memaparkan pluralisme agama. Konsep tersebut memandang semua agama itu sama dan setara dengan agama-agama lain. Dalam hal ini terdapat pertentangan dalam konteks keadilan, kemanusiaan serta perdamaian.
“Mestinya di dalam suatu agama mempunyai aqidah yang berbeda-beda,” ujar Penasehat Tiga UKPK UIN KHAS Jember.
Hal tersebut sering kali menjadi penafsiran yang kurang tepat, tanpa terkecuali Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia membantah jika pluralisme ditafsirkan bahwa semua agama itu sama. Di sisi lain MUI mendukung jika sesama pemeluk agama harus saling menjalin hubungan yang baik.
“Memang secara aqidah kita berbeda. Namun tidak ada halangan untuk saling menghormati satu sama lain ketika pemeluk agama yang lain menjalankan ibadahnya,” tutur Gus Wadud.
Reporter: Inayah Nurul Izza
Editor: Lia Amelia Rahmah